Luar Biasa Bahagia

Memikirkan bagaimana menjadi ibu yang luar biasa, malah membuat saya luar biasa pusing. Bagaimana tidak? sejak menikah kemudian mempunyai anak, bahkan saat kuliah dulu, saya merasa biasa-biasa saja. Lihatlah dari sisi akademik, IPK standar, Lulus ga cumlaude, bahkan Pak Polisi yang di Poltabes bilang mbaknya kelihatan pinter kok UMPTN aja ga lulus hahaha. Dari sisi penampilan, kalo di bukunya Anis Matta sempat disindir  yah kalo dibilang jelek sulit, dibilang cantik lebih sulit…. pernah saat saya tinggal di Yogya ada tukang rujak yang lewat depan rumah bilang, mbaknya harus bersyukur punya suami ganteng kayak mas nya… duhhh emang wajah saya segitunya ya kekekeke…   Intinya dilihat dari berbagai segi tidak ada yang menonjol, ini bukan berarti tidak bersyukur ya…. malah sangat bersyukur saya yang sebiasa ini saja diberi karunia dan kesempatan oleh Allah yang tiada terduga.

Benarkah anak-anak dan suami akan bahagia jika kita menjadi ibu yang luar biasa? Ternyata tidak, meski setiap saya bertanya pada anak2 atau suami apakah mereka bahagia mempunyai ibu seperti saya, njawabnya pasti ngalor ngidul yang intinya Ya, mereka bahagia.

Terus terang saya termasuk orang yang mudah bahagia, maksudnya? ya anak-anak saya adalah alasan saya mudah bahagia. Betapa bahagianya saya ketika saya memasak puding agar-agar kemudian si bungsu mengacungkan jempolnya saat suapan pertama. Atau betapa bahagianya saya ketika si bakwan bala-bala yang ga jelas rasanya itu tak lagi tersisa di piring. Atau ketika si kakak cerita saat pulang berenang, kalau mama ga ikut renang rempong ahhh speechless padahal saya tidak melakukan pengorbanan apapun hehehehe….. Dan suami saya yang ndeso itu juga alasan kedua saya selalu bahagia, sepertinya dia sudah pasrah dan terimo istrinya koyo mengkene hehehe. Ya dia selalu ada dan  membantu apa yang saya butuhkan meski bukan yang saya inginkan…..

Alhamdulillah….

Ibu saya pernah berkata bahagia itu harus diusahakan, didoakan. Memenuhi hati dengan rasa syukur kepada Allah, Dzat yang Maha  Pemurah adalah salah satu cara utama untuk bahagia…

Selamat Berbahagia semua…..

Tentang Sebuah Cinta

tung…

Sms masuk dari Papa, ‘Sayang makan siang bareng yuk siap-siap ya, istirahat takjemput’. Pukul 12.05 sudah sholat dan sudah menunggu, pas si Papa datang Alhamdulillah bawa mobil, padahal biasanya naik motor.

Sampai di resto yang dituju menu kesukaanku sudah tersaji, plus es campur khas resto tersebut. Langsung cuss makan (setelah berdoa tentunyaa), setelah makan suamiku seperti tergesa mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. ‘Ini buat mama’ katanya pelan, ‘Terima Kasih sudah menjadi istri untukku dan ibu untuk anak-anak’ ….. Sebuah cincin bermata satu dipasangkannya di jariku.. mataku berkaca-kaca.

Dan aku berada di kursi kerjaku lagi.

tung

Sms masuk, ‘Ma jangan lupa bayar listrik ya. Besok aku ke Jakarta, antar dan jemput anak-anak ya…’

lamunanku buyarrrr, jebule aku lagi ngimpiiii…. sing bener ya yang sms biasa itu…

Hahahaha… Alhamdulillah masih bisa berkhayal…

2 Tahun Nabila

Alhamdulillah Nabila sudah 2 tahun tanggal 11 Januari besok. Artinya penyapihan ASI dimulai, kemarin sudah berhasil sewaktu ditinggal di tempat Mbah Uti di Klaten. Tapiiii…. setelah itu masih nenen terus. Setiap sebelum tidur selalu kubisikkan biar ga nenen lagi karena sudah besar. Menurutku dia paham, la kalo dikasih tahu : anak mama sudah dua tahun, no nenen Okay! dia senyum nakal gitu… iya tapi tetep nenen.. ish ish..

Trus terrible two nya juga bener banget, masak ga mau mandi cobak.nangis2 kayak mau diapain gitu…

eek dl dah bs bilang sebelum keluar, sekarang pasti sudah meluncur di popoknya dan biasanya yg bilang kakaknya karena kebauann……

Tapi selalu kita lihat sisi positifnya, senyum nya ramah sama orang atau saudara atau teman2nya. Ngomongnya sudah mulai jelas. Kalau makan dan minum gampang dan mau duduk. Tingkahnya lucu….

Hah.. bener kata Nayla, adik tu nggemesinn.. 😀

Adik itu masih bayi atau sudah besar?
Besar…
kok masih nenen ??
Senyumm sambil larii

Aku Bukan Pujangga

Tak perlu kata ‘aku cinta padamu’, cinta seorang ibu kepada anak-anaknya adalah kepastian bahkan sebelum ia bertemu.

Tak perlu kata ‘aku mendoakanmu’, do’a dan dukungan seorang istri adalah semangat suami dalam mencari nafkah halal.

Tak perlu kata ‘aku membutuhkanmu’, bantuan seorang suami untuk pekerjaan rumah tangga istrinya sangat dinanti meski hanya dengan belaian atau tatapan mata terima kasih.

Tak perlu kata ‘aku ingin kau disini’, hadirnya orangtua untuk anaknya adalah hal paling diinginkan, meski mereka paham waktu harus dibagi dengan pekerjaan kantor.

Tak perlu membawa banyak harta, kunjungan seorang anak dan keluarga kecilnya merupakan hal terindah di sela hari-hari tua mereka para kakek/nenek.

Semoga aku bisa memahami kata-katamu sahabat meski yang hadir didepanku hanya tangis dan tawamu…

Do’a Istikhoroh

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat] kepada Engkau dengan ilmu [yang ada pada]-Mu, dan aku memohon kekuasaan-Mu [untuk menyelesaikan urusanku] dengan kodrat-Mu.

Dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, dan Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.

Ya Allah, sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih baik untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih baik pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.

Dan sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih buruk untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih buruk pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.

Seneng sama do’a ini, jadi sabar dan syukur dalam menyikapi segala sesuatu……

Maaf, Terima Kasih, dan Ijinkan

Maafkan aku anak-anakku, belum bisa jadi ibu sesuai harapanmu
Maafkan aku suamiku, belum bisa menjadi istri perhatian untuk segala hal
Maafkan aku bapak-ibuku, belum bisa membuat binar bangga di wajahmu
Maafkan aku adik-adikku, belum bisa menjadi contoh yang baik dalam keseharianku
Maafkan aku guru-guruku, belum bisa membuatmu tersenyum atas prestasiku
Maafkan aku sahabat-sahabatku, belum bisa menghapus semua prasangka keliru
Maafkan aku sanak saudaraku, belum bisa bersua padahal sempat itu ada

Terima Kasih telah memberi arti dalam setiap momen hidupku, meski tak terucap di bibir namun buncah syukur dan do’a selalu mengalir tulus dari relung hati. Terima kasih atas senyum yang selalu tersaji sehingga pagiku selalu ceria, atas tangis yang selalu membasahi sehingga bunga syukurku tak pernah layu, atas marah sehingga jiwaku kuat tertempa, atas nasehat sehingga jalanku tetap terjaga, atas do’a yang tak pernah putus pada Allah Sang Maha penguasa cinta.

Ijinkan aku untuk kembali belajar untuk lebih baik dan bercita-cita lebih tinggi….
Allah, lindungi mereka pertemukan kami di surga Mu..

Sibuk Berkeluarga (by Pak Cah, Cahyadi Takariawan)

Banyak pasangan suami istri yang setelah menikah menjadi “sibuk berkeluarga”, namun lupa untuk “bersahabat” dengan pasangan.

Setiap hari suami dan istri bertemu, yang dibicarakan hanya soal biaya belanja bulanan, rekening listrik, tagihan telepon dan internet, biaya sekolah anak-anak, biaya perawatan tubuh dan facial, dan seputar hal seperti itu.

Rutinitas kerja dan rutinitas hidup berumah tangga menyebabkan banyak kalangan pasutri kehilangan perhatian terhadap sisi-sisi kenyamanan hubungan hati. Seharusnyalah pasutri itu berelasi sebagai sahabat, yang saling berbagi dalam suka dan duka, saling curhat, saling memberi nasehat, saling meluangkan waktu untuk berduaan dan menikmati kebersamaan.

Bahkan untuk berduaan antara suami dan istri tidak selalu harus dengan canda dan kata-kata. Kadang pasutri menikmati kebersamaan dalam diam yang menghanyutkan, seperti kedalaman ungkapan puisi “Di Restoran” karya Sapardi Djoko Damono berikut ini :

Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
ilalang panjang dan bunga rumput
kau entah memesan apa. Aku memesan
batu di tengah sungai terjal yang deras
Kau entah memesan apa. Tapi kita berdua
saja, duduk. Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.

Banyak kalangan pasutri yang tidak sempat meluangkan waktu untuk duduk bercengkerama berdua. Walaupun sepertinya “tidak melakukan apa-apa”, namun mereka berdua terikat kuat oleh perasaan dan pikiran yang menyatu.

Sangat disayangkan kebanyakan yang terjadi tidaklah seperti itu. Ketika suami istri ada waktu berduaan, ternyata justru sibuk dengan gadget masing-masing. Mereka memilih lebih memperhatikan orang lain yang jauh, teman kerja, sahabat, kerabat, kenalan baru, dan sebagainya –daripada memperhatikan pasangan yang ada di sampingnya.

Dampaknya, pasangan merasa tidak diperhatikan, tidak diistimewakan, tidak diutamakan, tidak dikhususkan. Hubungan mereka semakin kering, pertemuan di dalam rumah hanya untuk memenuhi kewajiban hidup berumah tangga saja.

Maka, milikilah waktu istimiewa, perhatian istimewa, perlakuan istimewa untuk pasangan anda. Jadikan pasangan sebagai sahabat istimewa dalam kehidupan anda.